Sunday 26 October 2014

Kategori: , , , , , ,

Kisah Pebisnis Australia Masuk Islam


Saya lahir di Sydney Australia. Ibu saya asli Australia dan ayah keturunan campuran Yunani-Itali yang lahir di Mesir yang kemudian bermigrasi ke Australia di usia 30 tahunan.

Sebelum menikah dengan ayah, ibu telah menjadi kepala biarawati, sehingga saya dan saudara-saudara saya tumbuh dalam lingkungan gereja dan ajaran katolik secara khusus. Ketika saya berumur 11 tahun, ibu saya meninggal dan kemudian kami berangsur-angsur meninggalkan ajaran gereja. Saya akui saat itu, secara pribadi, saya marah kepada Tuhan karena telah mengambil ibu saya, sementara kami begitu membutuhkannya.

Saya pikir saya tak pernah benar-benar tidak percaya kepada Tuhan. Saat itu saya semakin tak percaya dengan ajaran-ajaran gereja, karena saya merasa yakin dengan adanya Dzat Tunggal, pencipta seluruh alam, bukan tuhan bapa.

Ketika saya berumur 20 tahunan, saya terinspirasi oleh kawan saya untuk membaca buku-buku tentang pengembangan diri (self-development) dan bisnis. Setelah itu, saya diperkenalkan dengan berbagai macam audiobook yang memungkinkan saya untuk memperoleh gelar master di bidang yang saya pilih dengan memanfaatkan waktu senggang saya tapa harus datang ke universitas. Saat itu saya tahu bahwa membaca 100 buku bisnis sama dengan gelar MBA, sehingga membuat saya berusaha mencapai itu.

Saya mulai mendengarkan audiobook dan rekaman seminar termasuk rekaman motivasi yang disampaikan oleh motivator Anthony Robbins. Banyak audiobook yang saya pelajari mengarahkan saya pada penemuan diri (self-discovery) di mana saya bisa mengembangkan NLP (Neuro Linguistic Programming) lewat guru-guru ternama. Semuanya kembali ke pencipta, itulah yang saya pelajari. Saya juga mendengar dan membaca metode-metode pengembangan diri dari berbagai sumber lain.

Salah satu subjek yang saya tekuni adalah pemikiran yang berasal dari seorang penulis buku marketing bernama Joe Vitale yang mungkin anda mengenalnya lewat film The Secret. Dia menggunakan NLP dan hipnose dalam marketing yang semakin membuat saya tertarik untuk mengembangkan langkah-langkah branding dan marketing dalam bisnis.

Melalui bukunya yang berjudul Zero Limits, Joe dan pengarang pendampingnya, Ihaleakala Hew Len, saya temukan sesuatu yang benar-benar membuat hati dan pikiran berubah, seni kuno Hooponopono. Buku mereka berisikan kisah luarbiasa dari Dr. Hew Len di mana dia menutup fasilitas bagi para kriminal yang sakit jiwa di Hawaii dengan menyembuhkan semua penghuninya. Dia melakukan hal ini tanpa harus sering bertatap muka dengan mereka, namun dia hanya melakukan ritual Hooponopono.

Pada dasarnya, menurut Dr. Hew Len, cara kerja Hooponopono adalah dengan membebaskan secara keseluruhan masa lalu. Proses pembersihan ini dimulai dengan mengakui bahwa ada satu sumber tunggal yang paling sempurna. Langkah pertama adalah dengan menerima bahwa saya bertanggung jawab atas kekeliruan dalam hidup saya (meskipun saya sendiri tak sengaja melakukan kekeliruan itu). Masalah itu selalu bersamaan (within), tak pernah tanpa (without), sehingga dengan kesalahan yang telah diakui, saya sampaikan kepada Dzat yang Tak Terlihat bahwa saya meminta maaf. Kemudian saya meminta kepada Dzat yang Tak Terlihat untuk membersihkan jiwa saya dari kesalahan tersebut dengan berkata,“Ampunilah saya” dan saya meyakini bahwa kesalahan tersebut akan diampuni sehingga saya berterima kasih dengan berkata,”Terima kasih” dan terakhir mengakui adanya cinta abadi dari Dzat yang Tak Terlihat, sehingga saya berkata,”Saya mencintai-Mu”.

Saya melakukan ritual Hooponopono secara rutin selama 7 bulan dan hasilnya saya merasakan kebebasan dan kejernihan jiwa. Saya merasa terhubung dengan Dzat yang Tak Terlihat dan mendapatkan insprirasi-inspirasi yang jernih dalam hidup saya dan pekerjaan saya di mana saya sebagai tim creatif pemecah masalah. Contohnya, ide dan konsep yang saya berikan selalu benar dan sempurna, seolah saya selalu tahu.

Suatu hari ketika saya melakukan ritual Hooponopono (yakni pembersihan) di rumah, saya mendapat inspirasi yang menjelma dalam suara, menyeru saya untuk membaca Al-Qur’an. Interaksi terdekat saya dengan orang muslim saya lakukan 9 tahun yang lalu, sehingga saya tak punya hubungan lagi dengan orang-orang muslim. Karena itu, saya memesan muskhaf Al-Qur’an di Amazon.

Ketika secara rutin saya membaca buku-buku tentang bisnis, saya biasa dengan mudah membaca 400 halaman dalam 3-4 hari. Terjemahan Al-Qur’an saya baca selama satu bulan (saat itu bertepatan di bulan Ramadhan 2007). Menurut saya, Al-Qur’an begitu kaya isi dan makna, sehingga membuat saya tak bisa membaca secara bersamaan (yakni isi dan makna). Berulang kali saya membaca Al-Qur’an dan berhenti untuk merenungi ayat demi ayat.

Ada banyak persamaan antara Hooponopono dan Islam. Pada dasarnya saya memahami Islam sebagai penyerahan diri kepada Dzat yang Tak Terlihat dan tata cara shalat lima waktu membawa anda pada perendahan diri kepada Tuhan. Saya akui saya tak bisa mengingkari kebenaran yang ada dalam Al-Qur’an dan meskipun saya dulu tak ingin menjadi muslim (akibat stereotip yang disebarkan oleh media-media anti Islam), namun akhirnya kini saya masuk Islam.

Demikianlah kisah saya masuk Islam, dan kini saya menganggap Islam sebagai hadiah terbesar dalam hidup saya.


avatarRedaksi
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yang ada di blog ini tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dengan tetap mencantumkan sumber.

← Bagikan


Share/Bookmark

4 comments: