Monday 26 January 2015

Kategori: , , , , ,

Setelah Kejadian 9 September, Seorang Anggota Marine Corps Masuk Islam


9 September adalah hari perenungan bagi saya karena beberapa sebab. 
Pada tanggal 9 September saya akhirnya menyadari bahwa:
1. Saya dulu adalah seorang Marine
2. Saya dulu bersedia mati demi negara
3. Islam bukan hanya agama perdamaian, melainkan juga agama yang paling benar

Kebanyakan orang menerima pengakuan saya yang pertama dan kedua tanpa pertentangan apa pun ketika saya ceritakan kembali kisah saya ini. Namun pengakuan saya yang ketiga selalu menemui pertentangan. Saya tak akan menceritakan seluruh kisah saya, saya hanya akan membicarakan tiga poin penting. 

Pengakuan pertama: saat itu terkesan berbeda ketika saya bergabung dengan Marine Corps di tahun 1998. Sebagian besar kawan satu angkatan saya yang bergabung dengan Marine hanya menjadikannya sebagai alasan agar tidak hanya menganggur di rumah atau agar tidak harus kuliah. Banyak orang lain juga, seperti saya, bergabung dengan Marine untuk menjadi bagian dari organisasi militer terhebat sedunia. Saya tak pernah bermimpi akan ada perang, betapapun banyak latihan perang yang telah saya ikuti. Bisa saja saya melakoni berbagai peperangan, namun saya sudah terlanjur senang berada di depan meja kerja setiap hari atau bepergian bersama Presiden Clinton ke pabrik pembuatan motor Harley David Son di Pennsylvania atau ke pantai selatan, Miami. Hal itu itu berlangsung terus hingga peristiwa 9 September terjadi. 

Hari itu, saya akhirnya benar-benar menyadari bahwa saya adalah anggota Marine. Hari itu, perasaan untuk berperang tiba-tiba muncul dalam diri, dan tak ada yang lebih saya ingin lakukan kecuali berperang melawan para begundal yang telah berani menyerang Amerika, negeri terbesar di jagat ini! Hari itu saya tahu, bahkan para penjahat kota, jajaran pemerintah, hingga para kru perusahaan penerbangan, siap melakukan apa yang Marine lakukan. 

Hari itu, elang, dunia, pelaut, bersatu dan prajurit perang yang tak pernah saya tahu adanya, tiba-tiba hidup. Hari itulah yang membuat saya sadar, saya adalah seorang Marine!

Pengakuan kedua: Karena gawatnya hari itu, saya sadar sesuatu harus dilakukan. Saya tak tahu dengan pasti, tapi saya tahu sesuatu itu harus dilakukan. Saya mulai berpikir tentang semua piala kehormatan para pemenang yang telah mengorbankan hidupnya demi kepentinan orang lain. Saya tak pernah benar-benar mengerti hal itu sebelumnya, tapi setelah peristiwa 9 September sesuatu yang berbeda datang kepada saya. Jika para pembunuh berdarah dingin memiliki kemauan keras untuk melakukan ini, saya juga akan memiliki kemauan keras dan melakukan segala cara untuk mengalahkan mereka.  

Saya tak tahu harus melakukan apa, tapi satu hal yang saya tahu: jika saya memang harus mati, saya ingin mati demi negara saya. Saya tak pernah merasakan perasaan semacam ini. Sebelum peristiwa 9 September, seragam yang saya kenakan hanyalah simbol pekerjaan saya. Namun setelah peristiwa 9 September, saya bersumpah demi almamater dan negara, saya siap bertempur apa pun yang terjadi. 

Saya ingat saat itu sekitar jam 10 malam, sebelum pangkalan telepon mati, saya menelpon ibu saya dan beliau terus berbicara sambil menangis. Kata-kata yang bisa saya ucapkan hanya “Ibu aku mencintaimu dan katakan pada semua orang, aku mencintai mereka, tapi saat ini aku harus menjalankan tugas yang aku digaji karenanya.” Saya juga katakan pada beliau bahwa mungkin ini adalah percakapan terakhir. Saya tahu apa yang harus dilakukan dan saya tak terlalu peduli lagi dengan gaji, yang saya tahu Amerika harus menang. 

Pengakuan ketiga: peristiwa ini mungkin menjadi sesuatu hal yang paling sulit untuk diterangkan dan masih berada di momen 9 September. Kami semua masih tetap siaga selama lebih dari 14 jam setiap hari. Kami tidak tahu aksi apa yang perlu dilakukan. Kami hanya menunggu dan menunggu. Setelah itu, 9 Oktober, ketika keadaan karena peristiwa menyeramkan itu berangsur-angsur pulih, saya mulai merenung. Kebanyakan tentang pengakuan saya yang pertama dan kedua, namun berangsur-angsur saya mulai bertanya-tanya dalam hati: Siapa sesungguhnya orang-orang yang melakukan ini? Mengapa mereka melakukan ini? Benarkah keyakinanan mereka sedemikian gila: melakukan bunuh diri untuk membunuh orang lain? Saya terus-menerus bertanya dalam hati. 

Akhirnya saya memutuskan untuk menggali berbagai informasi. Saya ingin mengetahui dulu profil musuh saya sebagai persiapan untuk mengalahkan mereka. Sebagai seorang kristen yang taat, pemandu suara di gereja, dan seorang ketua perkumpulan studi injil, saya ingin mengetahui buku pedoman yang digunakan oleh si pembunuh ini, supaya nanti saya bisa memberi tahu kawan atau para jemaat. Saya belum pernah bertemu seorang muslim pun. Satu-satunya hal yang saya ketahui tentang agama adalah gereja (kristen). Jadi saya mulai dengan membaca Al-Qur’an. 

Ketika kondisi di pengkalan mulai longgar, saya memutuskan untuk pergi ke toko buku dan membeli Al-Qur’an. Al-Qur’an terjemahan bahasa Inggris, tanpa bahasa Arab. Dengan penuh kedongkolan dan pandangan hina, saya mulai membaca. Bacaan pertama adalah:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai di hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Apa ini! Saya sangat terkejut dengan apa yang saya baca. Saya pikir saya akan membaca tentang seruan untuk membunuh orang-orang kristen atas nama Tuhan yang lain atau sesuatu hal yang lain. Di mana pernyataan-pernyataan keras dan seruan-seruan untuk memerangi Amerika? Bacaan ini seperti doa yang sering saya baca, karena itu saya lanjutkan untuk membaca.

Setelah saya membaca banyak, saya berlajar banyak hal, seperti Tuhan itu tunggal, perang hanya diwajibkan untuk mempertahan diri terhadap penyerangan, menghargai agama lain dan tempat ibadah lain, muslim percaya kepada Nabi Isa (Yesus). Saya sangat terkejut bahwa ada orang lain di seberang sana yang percaya kepada Yesus (Isa). Dengan kata lain, saya tak menemukan apa pun yang saya harapkan, saya tak temukan para begundal dengan senjata api di tangan yang disebutkan di dalamnya. Kekerasan-kekerasan yang saya temukan hanyalah kisah-kisah tentang kaum terdahulu. Saya malah banyak menemukan seruan tentang kesabaran, shalat, dan keseimbangan. Al-Qur’an bukan murni buku tentang sejarah meski ada berbagai kisah sejarah di dalamnya. Al-Qur’an juga bukan murni buku yang berisikan dogma-dogma, meski tersemat dogma-dogma di dalamnya. Bagi saya, hal luar biasa yang saya temukan adalah ketika membaca Al-Qur’an, “pengarang” seolah berbicara secara langsung kepada saya, bukan melalui perantara orang ketiga atau keempat. Setiap pertanyaan yang saya tanyakan pasti ada jawabannya dan setiap jawaban yang diberikan selalu ada pertanyaan balik kepada saya. 

Kitab itu memaksa saya untuk berpikir, menantang saya, dan memberi bukti kepada saya. Inilah buku tentang bukti, inilah buku tentang diskusi. Kitab ini membuat keinginan saya lebih kuat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Tentu saja hal ini menyulitkan saya pada mulanya. Emosi mulai mereda. Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan, namun saya menyadari satu hal: saya percaya dengan ayat-ayat ini dan ingin menjadi bagian dari pemeluknya. Yang pasti, para begundal yang telah menyerang Amerikan tak mungkin membaca buku yang sama seperti yang saya baca. Pasti kami membaca dua buku yang berbeda. 

Saya mulai tak peduli lagi dengan para begundal yang telah menyerang Amerika dan malah semakin terkagum-kagum dengan isi dari Al-Qur’an. Sementara mereka (para begundal) sibuk dengan pembunuhan dan kekerasan, saya memperoleh ketenangan akan cinta Tuhan, manusia, dan perdamaian. Hingga saya percaya bahwa orang yang tidak memercayai seperti apa yang saya percayai akan dimasukkan ke dalam neraka. Sekarang barulah saya bisa merasa adanya kesatuan iman. Saya percaya bahwa setiap manusia diperintah untuk menyembah Tuhan dan Tuhan mencintai setiap insan, bukan hanya kelompok pilihan. 

Karena semua yang saya baca ini membuat pondasi keimanan (kristen) saya menjadi goyah, saya mencoba mendiskusikannya dengan keluarga dan pastur, kakek saya. Saya berharap dia akan membersihkan pikiran saya dan akan mengatakan kepada saya bahwa setan telah membuat bingung jalan saya. Namun sebaliknya, dia malah mengatakan bahwa ia percaya bahwa Islam juga berada di jalan yang sama seperti Yahudi dan Kristiani. Ia percaya bahwa ketiganya memiliki sumber yang sama dan bermuara pada satu hal yang sama. Ia berkata bahwa meskipun keluarga Ibrohim alaihissalam tidak selalu setuju dengan banyak hal, ketiganya tetaplah satu keluarga. Pada saat itu saya sadar bahwa jalan pikiran baru ini bukan sebuah halangan atau jalan setan yang menyesatkan, namun sebuah jalan baru bagi saya untuk menuju Tuhan. 

Peristiwa ini terjadi di minggu-minggu 9 Oktober. Bayangkan bertapa terkejutnya orang-orang, ketika saya beri tahu bahwa saya telah memeluk Agama Islam. Bayangkan betapa mengejutkannya, ketika saya mengubah tanda pengenal saya dari kristen ke Islam. Banyak yang tak menerima kenyataan itu, bahkan hingga sekarang, mereka tetap menentang. Tapi begitulah keyakinan. Kita kadang tak punya banyak kuasa ketika kita ingin memercayai sesuatu. Jika kita benar-benar yakin, kita akan sanggup melewati segala rintangan yang ada. 

Dan berbicara tentang apa yang telah saya alami setelah memeluk Islam, saya telah banyak menceritakannya. Saya dikatai seorang naif, penghianat, penipu, dan sebagainya. Saya sering dikatakan sebagai seorang yang tak pernah memeluk kristen atau bukan seorang kristen yang baik. Saya banyak ditanya bagaimana saya bisa berubah menjadi musuh agama (kristen) sementara negara sedang dalam bahaya. Hingga pangabdian dan kesetiaan saya sering dipertanyakan.  

Permasalahannya adalah banyak orang tidak bisa atau tidak mau memisahkan agama dari pekerjaan yang dilakoni seseorang, kecuali tentu saja mereka selalu berpikir agama adalah kristen atau yahudi, selain itu adalah kekonyolan. 

Tidak mengapa, karena saya mengabdi selama 3 tahun di Marine sebagai seorang muslim. Tidak mengapa, karena saya telah bekerja di negeri besar ini sebagai seorang muslim. Tidak mengapa, karena saya telah bekerja dan mengabdi di Marine Corps, di sebuah lembaga yang orang Amerika lain hanya bisa bermimpi untuk berada di dalamnya, di sebuah lembaga yang orang lain hanya bisa melihatnya dari luar dan bahkan banyak orang belum tahu keberadaannya. Semua itu saya saya jalani setelah saya menjadi muslim!

Tetapi saya sangat menyayangkan, setelah beberapa tahun berlalu, tak banyak yang berubah. Banyak orang masih membenci Islam dan muslim dan banyak muslim yang masih mempertahankan imannya, dan masih banyak muslim yang melakukan aksi-aksi yang bisa menyulut api kebencian. 

Saya hanya berdoa pada hari perenungan ini, bahwa kita sebagai orang Amerika, bahwa kita sebagai manusia harus mulai banyak merenung tentang persamaan kita dan kemudian perbedaan kita. Saya berdoa, bahwa suatu hari nanti kita akan mampu mengatasi prasangka buruk dan kebodohan kita, dan belajar untuk bekerja bersama. Saya berdoa bahwa suatu hari nanti kita bisa bekerja bersama untuk menghancurkan radikalisme dan ekstremisme dalam segala bentuknya. Saya berdoa bahwa suatu hari nanti kita bisa sadar bahwa perbedaan kita ini bukan hanya merupakan bukti kebesaran Tuhan, namun juga akan memberikan kita alasan dan dorongan untuk mengenal satu sama lain. 

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Al-Hujurat:13).

Robert Salaam


avatarRedaksi
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yang ada di blog ini tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dengan tetap mencantumkan sumber.

← Bagikan


Share/Bookmark

0 comments:

Post a Comment