Thursday 25 December 2014

Kategori: , , , , , ,

Cat Stevens Masuk Islam! (Yusuf Islam)


Mukaddimah


Apa yang bakal saya katakan di sini adalah apa yang telah anda ketahui. Jadi ini agaknya untuk menegaskan apa yang telah anda ketahui. Tentang risalah Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam yang diberikan oleh Allah: agama kebenaran. Sejak awal mula penciptaan kita, sebagai manusia, kita telah diberikan kesadaran dan kewajiban. Manusia diciptakan sebagai kholifah di bumi dan karena itu, kita perlu menyadari kewajiban untuk membuang seluruh khayalan dan mempersiapkan kehidupan di akhirat. Siapa pun yang terlewat dengan hal ini, tak akan mendapatkan kesempatan lain, karena dikatakan dalam Al-Qur’an, ketika manusia telah dihisab, ia akan berkata,”Wahai Tuhan kami, kembalikanlah kami ke dunia dan berikanlah kami kesempatan.” Tuhan akan berfirman,”Jika Aku kembalikan kalian ke dunia, niscaya kalian akan melakukan seperti yang kalian dulu lakukan.”

Kehidupan Saya Dulu

Saya hidup di dunia medern yang penuh kemewahan dan pertunjukan kehidupan tingkat tinggi. Saya lahir dalam keluarga kristen, namun kita tahu bahwa setiap bayi yang lahir selalu membawa satu agama murni, dan orang tuanya lah yang bakal mengubah menjadi agama lain. Orang tua saya mewariskan agama ini (Kristen) dan saya hanya bisa mengambil jalan itu. Dulu saya diajari bahwa Tuhan itu ada, namun karena kita tidak punya hubungan langsung dengan-Nya, maka kita membuat hubungan itu melalui Yesus -ia dianggap sebagai pintu Tuhan. Dan ajaran itu saya terima, namun saya tidak menelan seluruhnya.

Suatu ketika, saya memandangi patung Yesus, saya berpikir ia hanyalah batu, tanpa kehidupan. Dan ketika ajaran kristen mengatakan bahwa Tuhan ada tiga, dalam hati saya bertanya-tanya, namun tetap tak bisa berargumen. Kurang dan lebihnya saya meyakini itu, karena saya harus menghormati agama yang dianut oleh orang tua saya.

Berangsur-angsur, saya semakin jauh dari ajaran agama. Saya mulai bermain musik. Saya bermimpi menjadi penyanyi ternama. Semua hal yang saya lihat di film-film dan media mengakar kuat dalam pikiran saya, dan saya berpikir bahwa uang adalah tuhan saya. Saya memiliki seorang paman yang memiliki mobil yang bagus. Saya berkata dalam hati,”Yah, ia telah melakukan segalanya untuk uang, karena itu ia memiliki banyak uang.” Orang-orang di sekitar saya memengaruhi saya untuk menganggap dunia sebagai tuhan.

Saya putuskan setelah itu -inilah hidup saya- untuk mendapatkan banyak uang dan memiliki kehidupan besar. Teladan figur saya adalah para penyanyi beken. Saya mulai mencipta lagu, namun dalam hati saya adanya niatan kemanusiaan: jika saya kaya nanti saya bakal membantu orang-orang yang kurang mampu. (Dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ketika kita bernazar, kemudian setelah kita mendapat apa yang kita inginkan dan kita hati kita terus terpaut dengannya, maka kita bakal menjadi tamak).

Apa yang terjadi setelah itu, saya menjadi penyanyi yang sangat tenar, masih remaja, nama dan foto-foto saya ditampilkan di seluruh media. Semua itu membuat saya sangat bangga dan saya menginginkan kehidupan yang lebih besar lagi. Karena itu satu-satunya cara untuk mendapatkan itu, saya menjadi pemabuk berat (dengan minuman keras dan narkoba).

Masa Pencarian

Setelah setahun mendapatkan kesusksesan finansial dan kehidupan yang tinggi, saya malah semakin sakit dan harus dibawa ke rumah sakit. Setelah itu, saya mulai berpikir: apa yang terjadi pada diri saya? Bukankah saya hanyalah sebuah tubuh, dan apakah tujuan hidup saya hanya untuk memuaskan tubuh ini? Saya sadar sekarang, malapetaka ini adalah kemurahan yang Allah berikan kepada saya, kesempatan untuk membuka mata saya -mengapa saya di sini? Mengapa saya berada di tempat tidur? Dan saya mulai mencari jawaban. Saat itu saya memiliki ketertarikan yang kuat terhadap kesufian timur. Saya mulai membaca dan hal pertama yang saya sadari adalah kematian, ruh yang keluar dan tak bisa dihentikan. Saya merasa mengambil jalan menuju kebahagiaan dan pencapaian yang tinggi. Saya mulai melakukan meditasi dan bahkan saya menjadi seorang vegetarian. Setelah itu, saya percaya pada kekuatan kedamaian dan bunga dan ini merupakan tren umum. Secara khusus saya percaya bahwa diri saya bukanlah hanya sebuah tubuh. Kesadaran ini muncul ketika saya berada di rumah sakit.

Suatu hari, saya berjalan kaki dan tiba-tiba hujan tiba. Saya berlari menuju suatu tempat untuk berteduh, kemudian saya sadar,”Tubuh saya basah, tubuh saya mengatakan tubuh saya basah” Kejadian itu membuat saya berpikir tubuh bagaikan seekor keledai, ia harus diajari ke mana harus pergi. Jika tidak, ia akan membawamu ke mana pun yang ia suka.

Setelah itu, saya memiliki kemauan, hadiah dari Tuhan: ikuti kemauan Tuhan. Saya begitu tertarik dengan istilah baru dari agama timur. Saya mulai mencipta musik lagi dan kali ini saya lagu-lagu yang saya buat merefleksikan apa yang ada di pikiran saya. Saya ingat salah satu lirik lagu yang saya buat: “I wish I knew, I wish I knew what makes the Heaven, what makes the Hell. Do I get to know You in my bed or some dusty cell while others reach the big hotel?”

Saya juga mencipta lagu lain yang berjudul “The Way to Find God Out.”Setelah itu, bahkan saya menjadi semakin terkenal dalam dunia musik. Saya merasa berada dalam posisi yang sulit: di satu sisi saya menjadi semakin kaya dan terkenal dan di sisi lain saya ingin mencari kebenaran. Hingga saya berada pada satu keputusan bahwa saya akan mempelajari ajaran Buddha, namun saya tetap merasa berat untuk meninggalkan dunia. Jiwa saya terlalu terikat dengan dunia dan belum siap untuk menjadi seorang Buddha yang mengasingkan diri dari masyarakat seutuhnya.

Islam Datang...

Saya telah mencoba Zen dan Ching, numerology, kartu tarot, dan astrologi. Saya mencoba membaca Injil kembali namun tak menemukan apa pun. Pada masa ini, saya tak mengetahui apa pun tentang Islam dan kemudian keajaiban muncul: saudara saya yang baru mengujungi Masjid Jerusalem, sangat terkesan dengan masjid. Tidak seperti gereja dan sinagog yang terasa hampa, masjid selalu menebarkan atmosfir kedamaian dan ketenangan.

Ketika ia datang ke London, ia memberikan saya Al-Qur’an terjemahan. Ia tidak masuk Islam namun ia merasakan sesuatu yang berbeda dengan Agama Islam dan saya berpikir saya mungkin juga akan merasakannya.

Ketika saya menerima Kitab Al-Qur’an, sebagai sebuah petunjuk yang akan menjelaskan apa pun kepada saya -siapa saya?; apa tujuan hidup?; dan dari mana saya berasal?- Saya sadar ini adalah agama yang benar, agama yang bukan menurut penilaian Barat, agama yang bukan hanya diperuntukkan kepada orang yang sudah tua. Di Barat, seseorang yang ingin masuk sebuah agama dan memperlakukan agama itu sebagai jalan hidup dianggap fanatik. Saya bukan seorang fanatik. Saya sedikit bingung dengan tubuh dan ruh. Kemudian saya sadar tubuh dan ruh bukanlah satu. Semua orang tidak perlu naik gunung dulu untuk menjadi seorang agamis. Kita harus mengikuti Kehendak Tuhan. Dengan begitu derajad kita bisa naik melebihi malaikat. Dan hal pertama yang ingin saya lakukan saat itu adalah menjadi muslim.

Saya sadar setelah itu, bahwa segalanya milik Tuhan, Dzat yang tidak tidur. Dia menciptakan segalanya. Dari sini saya mulai kehilangan kesombongan dalam diri, karena saya mulai berpikir bahwa alasan saya berada di sini bukan karena keagungan saya, namun saya tidak menciptakan diri saya sendiri dan tujuan saya berada di dunia adalah untuk berserah diri kepada ajaran yang telah disempurnakan oleh Islam. Dari sini saya mulai menemukan keimanan. Saya merasa saya telah berislam. Dari Al-Qur’an akhirnya saya tahu bahwa seluruh nabi diutus oleh Allah dengan membawa satu risalah. Mengapa kemudian Yahudi dan Nasrani berbeda? Saya tahu kemudian bagaimana Yahudi tidak mau meneriman Yesus sebagai nabi dan bagaimana mereka mengubah Kalam Ilahi. Bahkan akhirnya saya tahu bagaimana umat kristen salah memahami Kalam Ilahi dan memanggil Yesus sebagai anak Tuhan. Segalanya masuk akal. Inilah keindahan Al-Qur’an: menuntun anda untuk bercermin dan berpikir, dan tidak menyembah matahari dan bulan melainkan menyembah Dzat yang menciptakan segalanya. Al-Qur’an menuntun manusia untuk merenungkan matahari, bulan, dan seluruh ciptaan Allah. Sadarkah kita betapa berbedanya matahari dengan bulan? Keduanya memiliki jarak yang berbeda dari bumi, namun ukurannya nampak sama bagi kita, sekali waktu salah satu nampak mendahului yang lain.

Bahkan ketika banyak astronot melakukan penerbangan ke angkasa, mereka melihat betapa kecilnya bumi kita dibandingkan luasnya angkasa raya. Mereka menjadi semakin agamis, karena mereka telah melihat tanda-tanda Kekuasaan Allah.

“Orang-orang yang beriman tidak menganggap orang-orang kafir sebagai kawan dan menganggap orang-orang beriman sebagai saudara.”

Karena itu, dari sini saya ingin bertemu kawan muslim saya.

Alhamdulillah Akhirnya Saya Masuk Islam

Kemudian saya memutuskan untuk berkunjung ke Jerusalem (seperti yang dilakukan saudara saya). Ketika berada di sana, saya masuk masjid dan duduk di sana. Seseorang bertanya kepada saya tentang hajat saya. Saya katakan kepadanya bahwa saya seorang muslim. Kemudian ia menanyakan nama saya dan saya menjawab,”Stevens.” dan ia terlihat bingung. Kemudian saya ikut shalat berjamaah, namun tidak terlalu benar. Kembali ke London, saya bertemu seorang muslimah bernama Nafisa. Saya berkata padanya bahwa saya ingin masuk Islam. Kemudian ia memberitahu saya untuk pergi ke sebuah masjid.

Saat itu tahun 1977, sekitar satu setengah tahun setelah saya menerima Al-Qur’an. Dan sekarang saatnya lah saya membuang keangkuhan dan semua tipu daya setan untuk menerima satu petunjuk. Di hari Jum’at, setelah shalat Jum’at dilaksanakan, saya menemui Imam dan mengikrarkan syahadatain. Jadilah saya yang sebelumnya menjadi seseorang yang mendapatkan popularitas dan keberuntungan dunia dan seakan petunjuk adalah sesuatu yang dihindarkan dari saya, seberat apa pun saya mencarinya, kini menjadi muslim. Hingga akhirnya petunjuk itu datang dari Al-Qur’an dan kini saya sadar, saya memiliki hubungan langsung dengan Tuhan, tidak seperti ajaran kristen dan agama lain yang saya pelajari. Suatu ketika, seorang wanita hindu berkata kepada saya,”Anda tak paham hindu. Kami percaya kepada satu Tuhan; kami menggunakan objek-objek ini (berhala) hanya untuk memusatkan pikiran.” Apa yang ia katakan adalah cara untuk mencapai Tuhan, mereka menciptakan sekutu bagi Tuhan, yaitu berhala-berhala itu. Namun Islam menghilangkan penghalang itu. Salah satu hal yang membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir adalah shalat. Inilah proses pemurnian diri.

Akhirnya apa pun yang saya ceritakan adalah murni mengharap ridha Allah. Semoga anda mendapat inspirasi spiritual dari apa yang telah saya alami. Sekali lagi, ingin saya tekankan bahwa saya tidak memiliki hubungan dengan muslim siapa pun sebelum saya masuk Islam. Pertama, saya membaca Al-Qur’an dan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna. Islamlah yang sempurna. Dan jika kita semua mencontoh gaya hidup Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam, kita semua akan sukses. Semoga Allah memberikan kepada kita petunjuk untuk mengikuti jalan yang ditempuh Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam. Amin!

Yusuf Islam (sebelumnya Cat Stevens)


avatarRedaksi
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yang ada di blog ini tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dengan tetap mencantumkan sumber.

← Bagikan


Share/Bookmark

0 comments:

Post a Comment