Monday 29 December 2014

Kategori: , , , , , , , , ,

Heboh: Ilmuan Besar Dunia Adalah Seorang Muslim


Isaac Newton adalah, dan kebanyakan orang akan setuju, seorang ahli fisika terbesar sepanjang masa.

Pada kenyataannya hari ini, dialah bapak ilmuan optik modern, atau demikianlah kita diajarkan di sekolah di mana buku ajar yang kita pelajari dipenuhi dengan eksperimennya yang terkenal mengenai lensa dan prisma, sifat asli cahaya dan refleksi, serta pembiasan dan penghumusan cahaya ke dalam warna-warna pelangi.

Tapi agaknya kenyataan yang sebenarnya telah diburamkan. Karena itu, saya rasa penting untuk menjelaskan bahwa dalam bidang ilmu optik, Newton sendiri bersandar pada teori-teori yang dihasilkan oleh seorang tokoh besar yang hidup 700 tahun sebelumnya.

Karena, tanpa ragu, ahli ilmu fisika besar lain, yang pantas menyandang peringkat yang sama dengan Newton adalah seorang ilmuan yang lahir pada tahun 965 Masehi di negara yang kini disebut Iraq yang bernama al-Hassan Ibn al-Haytham.

Kebanyakan masyarakat Barat belum pernah mendengar nama itu.

Sebagai seorang fisikawan, saya pribadi merasa kagum dan terinspirasi dengan kontribusi beliau yang telah memberikan banyak hal dalam bidang yang saya geluti. Saya beruntung karena baru-baru ini saya memiliki kesempatan untuk menggali lebih dalam mengenai kehidupan dan karya-karya beliau melalui produksi film three-part BBC empat seri pada tayangan Ilmuan Islam Abad Pertengahan.

Pendapat umum mengenai sejarah ilmu pengetahuan pasti akan mengatakan bahwa tidak ada kemajuan ilmu pengetahuan besar yang terjadi antara masa Yunani kuno hingga masa Renaissance Eropa.

Namun hanya karena Eropa Barat tengah mengalami Zaman Kegelapan (Dark Ages) saat itu, tak berarti bahwa kemandekan terjadi di semua tempat. Sebenarnya, pada kurun waktu antara abad 9 hingga 13, dunia Arab tengah mencapai Zaman Keemasan (Golden Ages) dalam bidang ilmu pengetahuan.

Kemajuan terbesar tersebut terjadi di bidang matematika, astronomi, pengobatan, fisika, kimia, dan filsafat. Pada saat itu, Ibn al-Haytham menjadi ilmuan yang paling jenius di antara para ilmuan lain.

Ibn al-Haytham digelari sebagai bapak metode ilmiah modern.

Sebagaimana umum didefinisikan, metode ilmiah merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menginvestigasi suatu fenomena, memperoleh ilmu pengetahuan baru, mengkoreksi dan menggabungkan ilmu pengetahuan lama, didasarkan pada pengumpulan data melalui observasi dan pengukuran, dilaksanakan dengan membuat perumusan dan rangkaian uji coba terhadap hipotesis untuk menjelaskan data.

Inilah cara kita melakukan riset ilmiah hari ini dan karena itulah saya percaya pada kemajuan yag telah dibuat dalam ilmu pengetahuan.

Namun hingga saat ini masih sering didapati pendapat bahwa metode ilmiah modern belum tercipta hingga dua ilmuan yakni Francis Bacon dan Rene Descartes menemukannya di awal abad 17.

Tak ada keraguan bagi saya, bahwa Ibn al-Haytham adalah ilmuan pertama yang berhasil memformulasikan gagasan itu.

Sebenarnya, dengan karya-karyanya yang menekankan pada data eksperimental dan reproduktibilitas hasil, beliau sering disebut sebagai “ilmuan pertama dunia yang sebenarnya”.

Memahami cahaya

Beliau adalah ilmuan pertama yang memberikan pendapat yang benar mengenai cara kita melihat objek/benda.

Sebagai contoh, beliau telah membuktikan bahwa teori emisi (yang menyatakan bahwa cahaya dari mata kita menyorotkan cahaya kepada benda/objek yang kita lihat), yang diyakini oleh pemikir besar seperti Plato, Euclid, dan Ptolemy, merupakan kekeliruan dan telah membangun gagasan modern bahwa kita bisa melihat karena cahaya masuk ke dalam mata kita.

Apa yang beliau juga lakukan dan tak seorang ilmuan pun melakukannya adalah menggunakan matematika untuk menggambarkan dan membuktikan proses ini.

Karena itu, beliau juga bisa dianggap sebagai penggagas teori ilmu fisika awal.

Saat ini, beliau mungkin dikenal luas dengan penemuannya tentang lubang kamera dan seharusnya penemuannya mengenai pembiasan dilindungi oleh hukum dan dipatenkan atas nama beliau.

Beliau juga telah melakukan eksperimen tentang penghamburan cahaya ke tiap bagian pokok warna, bayangan, pelangi, dan gerhana; dan dengan mengamati bagaimana cahaya matahari terpecah melalui atmosfir, beliau mampu memberikan estimasi yang bagus mengenai ketinggian atmosfir, yang ia sebutkan sekitar 100 km.

Pengekangan

Tidak sama dengan para ilmuan modern, beliau sayangnya membutuhkan banyak waktu dan kesunyian untuk menuliskan karya-karya beliau, termasuk karya beliau tentang optik.

Namun sayangnya beliau mendapatkan kesempatan yang kurang karena pada tahun 1011 hingga 1021 beliau dipenjara di Mesir. Hal ini disebabkan beliau gagal menjalankan tugas untuk membantu memecahkan persoalan banjir di sungai Nil yang dibebankan oleh seorang kalif di Kairo.

Ketika masih di Basra, Ibn al-Haytham telah menyatakan bahwa banjir dari sungai Nil di musim gugur tidak dapat ditahan dengan sistem bendungan dan kanal, namun air yang meluap tersebut bisa dialirkan dan disimpan di sebuah waduk hingga bisa digunakan di musim panas.

Namun ketika tiba di Kairo, beliau berangsur-angsur sadar bahwa rencana kerja yang telah beliau cetuskan tidak dapat diterapkan dalam praktiknya.

Namun, ketimbang mengakui kesalahannya di hadapan kalif yang kejam, Ibn al-Haytham malah berpura-pura gila untuk lepas dari hukuman.

Kejadian ini menyebabkannya harus ditawan dan dijatuhi hukuman selama 10 tahun di pengasingan.

Pergerakan Planet

Beliau dibebaskan setelah sang kalif meninggal. Kemudian beliau kembali ke Iraq di mana beliau membuat 100 karya di bidang fisika dan matematika.

Ketika melakukan perjalanan ke Timur Tengah selama pembuatan film, saya mewawancarai seorang ahli di alexandria yang kemudian ia menunjukkan kepada saya karya Ibn al-Haytham yang baru-baru ini ditemukan dalam bidang astronomi.

Dalam karyanya tersebut Ibn al-Haytham mengembangkan apa yang kini disebut ilmu mekanika luar angkasa (celestial mechanics) dan menerangkan pergerakan planet yang kemudian memunculkan karya-karya besar lain dari ilmuan Eropa seperti Copernicus, Galileo, Kepler dan Newton.

Hal ini luar biasa, karena akhirnya kita bisa mengetahui bahwa ilmu fisika yang kita ketahui sekarang berhutang banyak kepada seorang Arab yang hidup 1000 tahun yang lalu.

Professor Jim Al-Khalili presents Science and Islam on BBC Four at 2100GMT on Monday 5, 12 & 19 January





avatarRedaksi
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yang ada di blog ini tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dengan tetap mencantumkan sumber.

← Bagikan


Share/Bookmark

0 comments:

Post a Comment