Sunday 31 May 2015

Kategori: , , , , ,

Saya Mencintai Keluarga, Tapi Saya Lebih Mencintai Islam

Saya Mencintai Keluarga, Tapi Saya Lebih Mencintai Islam

Nama saya Ismail. Saya berdarah campuran Rumania dan Hungaria. Saat ini saya tinggal di California. Saya masuk Islam sekitar 5 tahun yang lalu di usia 17 tahun. 

Semuanya dimulai ketika saya bermain basket. Ketika saya bertemu seseorang yang hingga sekarang masih akrab dengan saya. Ia mendakwahi saya. Dan kami berdebat soal agama selama empat tahun. Saya seorang Kristen dan ia seorang muslim. Ia sering memberi saya pertanyaan yang tak bisa saya jawab, hingga pertanyaan-pertanyaan itu memunculkan keraguan dalam hati saya tentang ajaran Kristen.

Sejak saya bertemu dengannya, saya semakin menghargai Islam. Dan saya sangat kagum melihat muslim berhenti bermain basket sejenak untuk melaksanakan shalat. Hal itulah yang membuat saya akhirnya berdoa,”Ya Tuhan, jika Kristen adalah agama yang benar, kumpulkanlah aku dengan kawan-kawan yang beragama Kristen. Tapi jika Islam adalah agama yang benar, maka masukkanlah aku ke dalam Islam.” Sekitar seminggu setelah itu, akhirnya saya mengikrarkan syahadatain di lapangan basket. Alhamdulillah itulah keputusan terbaik yang pernah saya buat dalam hidup. 

Setelah masuk Islam, saya sembunyikan Islam dari keluarga. Keluarga saya datang ke Amerika sejak tahun 1989 dari Rumania. Saat itu Rumania adalah negara komunis. Keluarga saya beragama Kristen dan kebanyakan mereka adalah Kristen taat. Mereka disiksa dan banyak mengalami masa-masa sulit dalam menjalakan ajaran agama. Karena itu mereka berkepribadian keras. Saya tahu jika saya katakan bahwa saya telah berislam, mereka akan menentang saya habis-habisan. Karena itu saya merahasiakannya selama beberapa bulan dan ada beberapa peristiwa yang membuat mereka hampir mengetahui rahasia ini. 

Awalnya saya tidak lagi memakan daging babi, yang mana sekitar 80 % makanan masyarakat Rumania dibuat dari daging babi. Ketika ibu saya menanyai saya perihal itu, saya tunjukkan ayat di Injil bahwa ada larangan memakan daging babi, beliau menunjukkan persetujuannya dan menyuruh saya untuk melanjutkan penjelasan. Saya juga menanyakan kepada beliau apakah boleh beribadah dengan bersujud, beliau mengatakan bahwa itu diperbolehkan karena beliau pernah melihat kakek juga bersujud ketika beribadah. 

Pada mulanya, saya melakukan shalat lima waktu secara penuh meski dengan perasaan was-was jika terlihat. Saya shalat Isya’ malam hari ketika orang-orang terlelap tidur, sehingga mereka tidak akan melihat saya. Saya sembunyikan itu hingga saya merasa cukup kuat untuk menghadapi apa yang bakal terjadi jika mereka tahu rahasia saya. Suatu hari, saya berdebat dengan sepupu di Facebook untuk membela Islam. Setelah berdebat selama beberapa jam, akhirnya sepupu saya itu memberikan pertanyaan sindiran kepada saya,”Kamu muslim ya?” Saat itu saya merasa tidak bisa berbohong lagi. Ada keyakinan yang kuat bahwa Allah akan menolong saya. Karena itu saya katakan sejujurnya padanya. Setelah itu keluarga saya akhirnya tahu bahwa saya telah berislam. Awalnya mereka tidak mau mempercayai itu. 

Sebelum berislam, saya selalu diistimewakan sebagai anggota keluarga. Setelah berislam, saya menjadi satu-satunya anggota keluarga yang paling dibenci. Nenek saya tak mau lagi menganggap saya sebagai cucunya lagi. Sepupu-sepupu saya menyebut saya sebagai penyembah setan. Bibi dan paman saya memberikan saya ratusan halaman penelitian mereka soal Islam dan selama berjam-jam berdebat dengan saya mencoba mengubah pemikiran saya.

Mereka terus-menerus mengatakan hal-hal berbau kebencian kepada Islam dan Nabi Muhammad ﷺ yang membuat saya selama beberapa malam tidak dapat tidur karena terus-menerus menangis. Sebelum berislam, keluarga adalah segalanya bagi saya. Saya mengorbankan apapun untuk keluarga, karena itu ketika mereka akhirnya mengatakan hal-hal buruk tentang saya, saya sangat terluka dan sedih. Namun saya tahu alasan mengapa mereka melakukan ini pada saya. Mereka sangat menyayangi saya. Mereka menginginkan yang terbaik bagi saya. Saya juga bisa bayangkan betapa hancurnya jika anak kandung saya berganti agama. Peristiwa itu pasti sangat sulit diterima, sebab itu saya tidak menyalahkan mereka. Itu adalah ujian dari Allah untuk saya. 

Setelah itu, ibu mengekang saya. Saya tidak lagi diizinkan keluar bersama kawan-kawan muslim. Saya hanya diperbolehkan di rumah dan ke lapangan basket. Selama saya mendapat penjagaan ketat itu, saya hanya bisa melaksanakan shalat pukul 2 dini hari. Keadaan itu terjadi selama beberapa minggu. Sementara mereka masih terus mengajak saya pergi ke gereja. Ibu terlihat semakin murka setelah melihat saya tak juga berubah. Sementara saya semakin kuat memegang agama ini. Karena itu, suatu malam, beliau berkata kepada saya,”Tinggalkan Islam dan tinggallah di sini atau tinggalkan tempat ini dan lakukan apapun yang kau inginkan. Keputusan ada di tanganmu, tapi kau tak bisa terus tinggal di sini semnetara kau masih muslim.” Saya katakan pada beliau,”Baiklah Ibu. Ibu telah membuat keputusan yang akan saya ambil semakin mudah, saya tidak akan meninggalkan Islam.” Demikianlah akhirnya saya meninggalkan rumah. 

Ketikan saya meninggalkan rumah, sebuah keluarga Somalia mengajak saya untuk tinggal di rumah mereka. Semoga Allah memberkahi mereka. Saya masih merasa berhutang banyak kepada mereka, karena mereka selalu membantu saya dalam setiap kesulitan yang saya alami, hingga saya benar-benar menganggap mereka sebagai keluarga saya. Setiap malam Ibu selalu menelpon dan mengatakan kerinduannya kepada saya juga meminta saya untuk kembali ke rumah. Namun saya selalu mengatakan kepada beliau bahwa saya tidak akan meninggalkan agama yang indah ini. Ibu selalu mengatakan bahwa beliau dipaksa anggota keluarga yang lain untuk mengusir saya, jika saya tidak meninggalkan Islam. Dalam hati kecil beliau, sebenarnya beliau tidak ingin melakukan ini kepada saya. Sepanjang hidup beliau, beliau hanya tinggal bersama kami, anak-anaknya. Kami adalah prioritas utama bagi beliau. Beliau melakoni dua hingga tiga pekerjaan perhari untuk menghidupi kami. Ayah sama sekali tak berjuang untuk kehidupan kami, karena mereka telah bercerai ketika saya masih berumur tiga tahun. 

Berkali-kali Ibu meminta saya untuk kembali ke rumah. Tetapi saya tetap mengatakan bahwa saya tidak akan meninggalkan Islam. Hingga beliau membuat perjanjian bahwa jika saya pulang ke rumah, saya akan pergi (tidak harus) bersama mereka ke gereja setiap minggu, saya tidak diizinkan shalat di dalam rumah, dan sebagai gantinya saya boleh tinggal lagi di rumah, beliau akan memasakkan makanan halal untuk saya. Dan saya menyetujui itu. Ada kejadian lucu setelah beberapa kali saya shalat di luar rumah. Suatu ketika, ketika saya tengah berada di rakaat keempat shalat Isya’ tiba-tiba alat pemadam kebakaran otomatis menyemprotkan air ke muka saya. Lain waktu ketika saya shalat Subuh, seorang tetangga sebelah melihat saya dalam keadaan sujud dan mengira saya tengah semaput, sehingga ia bergegas memanggil ambulans. Alhamdulillah saya selesai shalat sebelum ia menelpon ambulans dan saya langsung mengatakan kepadanya bahwa saya tengah melakukan ibadah.   

Alhamdulillah setelah saya kembali ke rumah, situasi berangsur-angsur membaik. Dulu saya tidak diizinkan memiliki sajadah, sekarang saya memiliki almari yang penuh dengan pakaian islami dan rak buku dengan berbagai buku Islam. Pada akhirnya saya sangat mencintai Ibu dan Islam mengajarkan kepada saya bagaimana menjadi anak yang berbakti kepada beliau sekaligus menjadi saudara yang baik bagi kakak dan adik saya. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka, agar mereka juga dapat merasakan kedamainan dan ketenangan hidup ketika berada dalam rengkuhan agama yang indah ini.



avatarRedaksi
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yang ada di blog ini tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dengan tetap mencantumkan sumber.

← Bagikan


Share/Bookmark

2 comments:

  1. Subhanallah.. Semoga Allah istiqamah dia dan kita dalam Islam.. semoga ibunya dan keluarganya juga Allah bukakan menerima cahaya hidayah itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin semoga Allah bukakan cahaya hidayah kepada keluarganya dan terus mencurahkan hidayahnya kepada kita semua.

      Delete